Untuk mendukung terwujudnya swasembada protein hewani asal ternak, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mendorong para pelaku usaha dan generasi muda milenia untuk ikut berperan aktif di dalam mensukseskannya. Hal tersebut disampaikannya pada acara Seminar Outlook Industri Peternakan 2018 yang diselenggarakan oleh ISPI (Ikatan sarjana Peternakan Indonesia) di ICE BSD Serpong – Tangerang tanggal 07 Desember 2017.

Menurut I Ketut Diarmita, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perkembangan investasi subsektor peternakan selama kurun waktu 2012-2017 menunjukkan tren peningkatan, dimana investasi subsektor peternakan tahun 2017 didominasi oleh peternakan unggas. “Untuk itu, kita dorong agar pelaku usaha juga berminat untuk berinvestasi di industri peternakan seperti sapi potong, sapi perah dan yang lainnya”, ucapnya.

Terkait dengan swasembada protein hewani, ketersediaan kambing/domba dan daging babi yang dihasilkan dari peternak secara nasional sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, bahkan berpeluang untuk dilakukan ekspor. Bahkan untuk ketersediaan daging ayam ras, daging ayam bukan ras dan daging itik secara nasional sudah mencukupi bahkan sudah surplus. Justru saat ini kita sedang gencar-gencarnya mendorong untuk ekspor kelebihan dari produksi ternak tersebut.

Sedangkan untuk ketersediaan daging sapi dan kerbau yang dihasilkan dari peternak di tanah air, saat ini secara nasional masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat, sehingga untuk menutupi kekurangannya masih perlu dilakukan impor dalam bentuk sapi (bakalan dan indukan) dan dalam bentuk daging (sapi dan kerbau).

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam percepatan peningkatan populasi sapi, yaitu dengan melakukan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB). Pemerintah juga memperkuat aspek perbenihan dan perbibitan melalui penguatan UPT perbibitan untuk menghasilkan benih dan bibit unggul berkualitas. Selain itu juga melakukan penambahan impor indukan, baik yang dilakukan oleh swasta maupun pemerintah.

Masa depan peternakan domestik di era milenial mau tidak mau akan melibatkan generasi Y dan Z yang bercirikan sangat tanggap terhadap perubahan informasi. Hal ini tentu menjadi keunggulan tersendiri sebagai akibat liberalisasi perdagangan yang menuntut perubahan cepat pada segala bidang. Daya tangkap generasi milenial yang sangat baik terhadap informasi, sudah selayaknya dikelola dengan baik, sehingga menjadi nilai positif terhadap perkembangan dunia peternakan kedepannya.

“Modernisasi dan peningkatan peran generasi muda ini diharapkan dapat mewujudkan Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia pada 2045”, kata I Ketut Diarmita. “Kita perlu menggerakkan generasi muda dalam membangun peternakan mengingat kurangnya minat generasi muda terhadap pertanian di era saat ini”, ungkapnya.

Menurutnya, kepastian regulasi juga diperlukan untuk mendukung usaha di sub sektor peternakan agar menarik minat generasi muda.

I Ketut menuturkan, dalam melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, pemerintah memiliki 3 (tiga) fungsi, yaitu fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.”Regulasi memiliki peran yang penting karena menjadi instrumen pemerintah dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan yang bersendikan pada keadilan, pemerataan dan stabilitas ekonomi”, ungkapnya.

“Regulasi pemerintah merupakan wujud dari kehadiran negara untuk melindungi segenap komponen bangsa, menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dengan bersendikan keadilan”, kata I Ketut Diarmitamenegaskan. “Saya harapkan seluruh insan peternakan dapat mendukung regulasi yang telah ditetapkan untuk mendorong kemajuan sektor peternakan di Indonesia”, tambahnya.

Pada kesempatan yang sama Ketua Umum PB ISPI Ali Agus mengatakan, peluang industri peternakan di tahun 2018 masih prospektif. Meskipun tantangan semakin berat, apalagi pada industri perunggasan terjadi gejolak cukup serius pasca kekalahan negara kita dalam sidang WTO.

“Namun, hal itu semua akan dapat teratasi jika semua pihak dapat besinergi dengan baik untuk membangun peternakan domestik”, kata Ali Agus. “Adanya bonus demografi yang berisikan anak-anak muda generasi milenial telah siap berkompetisi dalam percaturan industri peternakan”, tandasnya.

Sumber:https://www.facebook.com/humaspkh